Pendosa Yang Sombong

Jika melihat tajuk dari tulisan ini, mungkin akan menimbulkan persepsi yang beragam dan berbagai dugaan akan muncul dari pikiran kamu mengenai hal yang akan menjadi ocehan saya saat ini. Tetapi, sebelum membacanya lebih lanjut. Mari hilangkan segala pikiran negatif yang tengah hinggap di benakmu, sirnakan semua emosi yang berbahaya, dan hidupkan kerasionalan pemikiranmu.
Sudah? Ayo kita mulai..
Jika berbicara tentang kehidupan sebagai manusia. Kita tentu tidak akan lepas dari hal-hal yang berkaitan dengan dosa. Kita semua sepakat, semua manusia yang hidup saat ini adalah para pendosa yang mengemban dosa yang tidak sedikit. Sehingga, manusia memilih bernaung pada agama yang mereka yakini dan salah satu tujuannya adalah untuk menyirnakan dosa dari dirinya, demi meraih kehidupan yang bahagia dan hakiki. Bebas dari beban.

Kendatipun demikian, dari sekian banyak pendosa yang hidup di dunia ini. Tidak semuanya menjalani kehidupan layaknya pendosa yang tahu diri. Ada yang menikmati hidup dengan menjadikan diri sebagai mesin pencetak dosa, merasa bahagia tanpa merasakan beban dari dosa dimiliki. Ada yang menjalani hidup layaknya orang suci namun bersikap bak orang yang bebas dari dosa, sehingga dengan mudahnya merendahkan pendosa-pendosa lainnya. Dan ada juga yang berbangga diri dengan dosanya, dan menantang pendosa-pendosa lainnya untuk menghinanya, merendahkan, serta mengucilkan.

Nah, pada tulisan kali ini. Saya hanya hendak menorehkan sebuah renungan dan tentunya sebagai pendosa. Renungan saat ini adalah berkenaan dengan kelompok pendosa yang tidak mengetahui hakikat dirinya sebagai pendosa. Mungkin, kita bisa menganggap sebagai sebuah kesombongan dalam berdosa dan ke-tidak tahu diri-an yang mengakar terhadap dosa tersebut. Dan akhirnya, jauh dari hakikat sebenarnya hidup sebagai pendosa.

Dalam renungan kali ini. Saya melihat ada dua golongan pendosa yang sombong yang sering kita temui dalam kehidupan kita. Mungkin terdapat di dalam diri kita ciri-ciri dari dua golongan tersebut. Siapa sajakah mereka? Mari kita bahas satu-persatu.

Pertama, yaitu golongan pendosa yang suka mencaci, menghuta, serta menyerapai pendosa lain. Hal ini ada karena adanya perasaan di dalam diri yang merasa bahwa ia adalah orang yang terbebas dari dosa. Sehingga, ia melihat orang lain sebagai yang tak layak untuk diperlakukan dengan sebagai-mana mestinya. Sikap lain dari golongan ini adalah bagaimana ia menyikapi orang-orang yang tak sefaham dengannya, tidak sependapat. Mereka lebih cenderung menggunakan cacian, serta hujatan yang tak enak didengar.

Golongan yang kedua adalah golongan pendosa yang bangga menunjukkan dosanya. Ada yang dengan memancing orang lain untuk menghina, menghujat, dan bahkan mengucilkannya. Kata-kata yang paling sering digunakan adalah “ jika kalian merasa suci dari dosa, Hinalah saya. Kalian suci dan aku bergelimang dosa...”. Sehingga hal tersebut memberikan kesan bahwa seseorang begitu bangga dengan dosa yang ia miliki dan itu sudah dianggap sebagai sebuah pakaian kebesaran yang tidak boleh disentuh oleh siapapun.

Teman-temanku sekalian. Tuhan membuat dosa ini tidak berwujud karena semata ingin menutupi umatnya dari kenistaan. Mengapa demikian? Karena dosa hakikatnya adalah sebuah aib yang seharusnya untuk ditutupi dan dihapus. Bagaimana mungkin kita akan begitu sombong menistakan orang lain dengan dosa-dosanya, sementara kita sendiri lupa dengan dosa kita. Dan bagaimana pula kita akan membanggakan diri sebagai pendosa? Padahal dosa itu adalah aib dan kotoran yang harus dimusnahkan dan dibersihkan?.

Oleh karena itulah, Tuhan senantiasa memerintahkan kita untuk bertaubat serta diikuti dengan memperbanyak amalan baik dan saling menasehati antar sesama. Ya, nasehat-menasehati dengan penuh kasih sayang, merangkul dan saling membimbing. Sehingga, itu akan menjadikan kita sebagai manusia yang sadar akan dosa yang dipikul atau saya menyebutnya sebagai “pendosa yang tahu diri”.

Semoga kita semua senantiasa berusaha untuk membersihkan diri dari dosa. Dan menjadi manusia yang bermanfaat untuk sesama. Dan yang paling penting, jangan sesekali menjadi “Pendosa yang Sombong” 

Komentar

Postingan Populer