Cinta : Antara Berakal Dan Di-Akali


Berakalah dalam mencinta, jika tidak ingin diakali!
Sudah menjadi keharusan bagi kita untuk senantiasa menggunakan akal dalam menjalani kehidupan ini. Karena jika tidak menggunakan akal, maka lepaslah status kita sebagai makhluk dengan penciptaan yang amat sempurna. Manusia. 

Tak terkecuali dalam hal memadu cinta. Manusia hendaklah menggunakan akal agar memiliki cinta yang benar dan mencintai dengan cara yang benar. Tidak bisa tidak, karena tanpa akal, manusia hanya akan mengedepankan nafsu dan hasrat semata. Akibatnya, cinta yang sejatinya membuahkan harmonisasi nan indah serta memperkuat ikatan kehidupan, malah menjadi sumber petaka dan kehancuran. 

Selama ini, para pemangku cinta cenderung menyirnakan peranan akal dalam cinta-nya. Bahkan, ada yang mendiskreditkan akal itu sendiri. Cinta tidak bisa diukur, cinta itu tidak bersyarat, bahkan ada yang mengatakan cinta itu bebas nilai, bebas aturan, dan tidak bisa dirasionalkan

Benarkan demikian? tentu tidak. Alasannya , cinta itu adalah nilai luhur yang ada pada kehidupan manusia. Nilai memiliki tatanan, ukuran, dan tentu memiliki hal-hal yang logis dan rasional. Jadi, jika benar-benar ingin mencintai, kita harus memperhatikan segala aspek. Agar kita benar-benar mencintai dengan akal sehat. Jika tidak, kita diakali oleh perkara yang kita anggap sebagai cinta. 

Kita mungkin pernah mendengar betapa banyak insan muda yang gila karena cinta. Ada yang nekad melawan orang tua, mempersembahkan kehormatannya padahal ia belum memastikan bahwa ia benar-benar mencinta, mengkhianati Tuhan dengan meninggalkan agama demi seseorang yang ia anggap sebagai cinta sejati, hingga ada yang melenyapkan nyawa seseorang karena sesuatu yang ia anggap sebagai cinta. Semua itu adalah karena ia tidak menggunakan akal sama sekali, sehingga diakali dan dibodohi. 

Konyol sekali bukan? Maka mulai saat ini, hendaklah kita kembali kepada penggunaan akal yang seutuhnya. Kita tentunya tidak ingin meninggalkan hakikat kita sebagai manusia yang merupakan makhluk berakal. Apa jadinya jika kita mengabaikan akal dalam  hal cinta ini?-

Komentar

Postingan Populer