Jangan Terlalu Sering Nanya " Kapan Nikah" ?


Kita bisa saja berpandangan bahwa apa yang kita lakukan itu baik dan berusaha menempatkan hal yang sama di benak orang lain, namun itu adalah bentuk kekejaman seseorang dalam berfikir, di mana ia memposisikan segala sesuatunya sesuai dengan apa yang ia pikirkan.
Hal istimewa yang menjadi karakteristik orang Indonesia adalah kebiasaan dalam berbasa-basi. Ini menjadi semacam keindahan dalam berkomunikasi di kala bertemu dan tidak sekedar bertanya kabar semata. Dengan ini juga-lah, menjadikan kita lebih berwarna dan sungguh akan melanggengkan hubungan pertemanan dan tali persaudaraan. 

Kendatipun demikian, tidak selamanya berbasa-basi itu terlihat indah dan menyenangkan. Ketika seseorang memilih bahan komunikasi yang terkesan menyentuh urusan pribadi dan terkesan ingin tahu segalanya, membuat berbasa-basi menjadi penyebab retaknya hubungan seseorang. Atau orang sekarang menyebutnya dengan "kepo". Tidak semestinya, basa-basi berwujud demikian. 

Salah bentuk komunikasi itu adalah menanyakan kepada teman yang masih lajang tentang kapan ia akan menikah. Memang sekilas ini terlihat biasa dan basa-basi indah dari seorang teman. Namun, ini sejatinya bukanlah sesuatu yang penting untuk ditanyakan. Disamping menimbulkan keresahan, ini juga terkadang menjadi semacam penghinaan karena kita secara tidak sadar telah menempatkan seseorang sesuai dengan kerangka pemikiran yang kita miliki. 

Mungkin kita akan berkilah jika diperingatkan untuk tidak menanyakan hal yang demikian. dengan mengatakan bahwa ini hanya sekedar bertanya, atau berusaha memberikan motivasi agar menyegerakan sesuatu yang sudah sepatutnya dilakukan. Namun, itu tetaplah mengambarkan betapa tidak bijaknya kita dalam memilih dialog percakapan dalam berbasa-basi. Akibatnya, orang akan merasa tidak nyaman dengan apa yang kita tanyakan. 

Jika kita kembalikan kepada makna dan posisinya. Menikah yang sejatinya adalah suatu kondisi di mana seseorang bertemu dengan jodohnya. Maka kita akan memahami bahwasanya, pertemuan dengan jodoh yang sejatinya merupakan misteri takdir sama dengan bagaimana seseorang bertemu dengan ajalnya. Jadi, ketika kita berani bertanya "Hei, Kapan Nikah?", Itu sama dengan ketika kita bertanya " Hei, Kapan Mati?". Bukan berarti menyamakan Nikah dan mati, secara posisi dan hakikat, di antara keduanya ini adalah sama-sama berbentuk misteri akan sebuah takdir. Jika kita selama ini senantiasa mengaitkan segala sesuatunya dengan takdir, lantas mengapa kita tidak menempatkan perspektif yang sama ketika akan bertanya " Kapan nikah?"

Dengan demikian, hendaklah mulai dari saat ini kita berusaha dalam memilah-milah kata saat ingin menjalin komunikasi. Sejatinya, kita akan lebih mudah dekat dan hubungan pertemanan kita akan semakin erat di saat kita tidak menyinggung hal-hal yang sifatnya amat privacy. Kita bisa saja berpandangan bahwa apa yang kita lakukan itu baik dan berusaha menempatkan hal yang sama di benak orang lain, namun itu adalah bentuk kekejaman seseorang dalam berfikir, di mana ia memposisikan segala sesuatunya sesuai dengan apa yang ia pikirkan. 

Komentar

Postingan Populer