Cinta Sejati dan Akal Sehat


Manusia senantiasa mengalami permasalahan dan tak jarang yang berubah karena masalah yang ia hadapi. Jika ditanya bagaimana seharusnya manusia berada bersama masalah, maka kita semua dapat menyepakati bahwa masalah harus disirnakan dan ia tetap menjadi dirinya sendiri serta semakin kuat dengan berbagai permasalahan yang telah diselesaikan. 

Berubahnya manusia karena masalah, menjadikannya semakin rapuh dalam kehidupannya yang sejati. Jika kita renungkan, takluknya manusia terhadap masalahnya itu adalah ketika ia tidak mampu memahami dan menguasai alam pikirannya. Ia hanya bertolak pada perasaan dan persepsi yang ia anggap sebagai nurani. Pada akhirnya, hal itu mengantarkannya pada kehancuran dan sulit untuk kembali seperti sediakala. 

Perkara ini sering kita lihat ketika manusia berurusan dengan cinta dan segala bentuk romantika yang bersamanya. Ada yang pada awalnya ceria dan bahagia, namun pada akhirnya murung dan depresi. Tidak mampunya ia menguasai alam pikirannya, maka ia tidak bisa mengelakkan terpisahnya antara rasa dan asa, dan akhirnya kegilaan menyelimuti hidupnya. 

Semestinya, manusia mengawali segala sesuatunya bersama pikirannya. Sebab dengan itulah ia mampu memahami tentang kebenaran akan perasaanya. Jika ia senantiasa menggarisbawahi perasaanya dengan persepsi dan emosi, maka ia tidak akan pernah menemukan bagaimana kebenaran yang sejati dari cinta yang ia miliki. Maka, tidak salah juga penyair mengatakan " karena cinta, taik kucing bisa terasa seperti coklat", itu bukanlah keindahan, namun kekonyolan dari perasaan manusia yang tidak menguasai alam pikirannya. 

Dengan demikian, semua berawal dan bertolak dari pikiran. Maka hendaklah kiranya manusia menguasai alam pikirnya, jika tidak ingin ternistakan oleh cinta, atau menjadi manusia sesat yang memuja cinta dengan cara yang tidak dibenarkan. 

Komentar

Postingan Populer