Menyendirilah.....!


"Mengalirlah, dan suburkan lembah pemikiran ini!"
Cukup menenangkan, malam ini semua beban pikiran  terasa sirna dan sedikit meringankan prahara kesendirian yang masih belum usai. Ini entah malam yang ke berapa semenjak aku mengenali sisi kedewasaan hidup dan mulai merasakan rintihan pilu karena rindu. Namun yang pasti, ini sudah hampir sampai pada titik akhir dari hidup yang menyendiri. 

Merindukan seseorang? Tentu saja, bahkan di setiap detik yang berjalan dan proses transformasi dari oksigen menjadi karbon dioksida di dalam tubuh, selalu ada rindu yang menyertai. Rindu yang masih sama, meskipun teralamat pada pihak yang berbeda. Ini lebih menjelaskan bahwa hingga saat ini aku sebagai bujang tampan yang merana masih belum menemukan titik henti yang tepat, atau belum menemukan cara terindah dalam merindu, atau mungkin belum memiliki kekonsistenan di dalam berfikir. Sebab kata orang, jika seorang pemuda masih saja memiliki kecenderungan yang berpindah kepada lawan jenisnya, maka ia masih belum dewasa sama sekali. 

" Kalau melamun jangan sendiri saja, ajaklah orang yang senasib denganmu!

Tiba-tiba handphone-ku berbunyi,  sebuah nada pemberitahuan masuk dan langsung menampilkan sebuah pesan. Dari seorang wanita yang beberapa hari ini cukup sering menghubungiku dan sepertinya sudah tahu rutinitasku di waktu malam. 

Namun, kali ini aku tidak berselera untuk membalas pesannya. Bukan tidak tertarik ataupun tidak ingin menghargai. Tetapi, ia masih belum mengerti tentang kesantunan dalam berteman, sebab hingga saat ini ia sudah menikmati komunikasi yang nyaman dan lebih jauh, namun belum berani untuk jujur. Memperkenalkan siapa dirinya sesungguhnya. 

Eh, ini teralihkan pula pikiran kita kepada wanita ini. Mari kita lanjutkan berbicara perihal rasa, asa, rindu, dan kesendirian. Untuk hal ini, aku sesungguhnya memang lebih tertarik untuk menjadikan semuanya sebagai pembentuk alam pemikiran yang indah dan subur. Subur dalam artian, ketika kita mampu memaknai semuanya dengan benar, maka kita memiliki pemikiran yang mampu memproduksi hal-hal yang menakjubkan, inspiratif, dan tentunya menjadi acuan bagi orang-orang sekitar kita yang masih larut dalam kegalauannya. Bisa saja itu karena masa lalu yang kelam, memiliki rasa tanpa asa, atau karena telah terlalu sering dilukai dan dikhianati hingga hidup dengan hati yang gersang. 

Meskipun setiap kita memiliki permasalahan hidup yang berbeda, serta cara pikir dan idealisme yang beragam. Sejatinya, kita semua berangkat dari satu kebenaran yang sama dalam membentuk kehidupan yang benar. Yakni, kebenaran yang lahir dari keluhuran alam berfikir kita yang diarahkan serta dibimbing oleh yang Maha Kuasa. 

Jika aku kembalikan kepada yang ku alami malam ini, di saat beban pikiran sirna sejenak dan meringankan prahara kesendirian yang amat menyiksa ini. Ketika aku mengalirkan semua kebenaran yang ada di alam berfikir ku ini, maka terbentuklah keluhuran dan kebijaksanaan. Dan meskipun merasa sepi karena sendiri, namun hati tidak mengalami kegersangan sehingga semuanya masih bisa dihadapi dengan penuh kebersahajaan. 

Maka, apa lagi yang perlu dikeluh kesahkan, Tuan?



Komentar

Postingan Populer