Fiksimini : Antara Nilam Dan Sutan!


SATU: MASAM!

 “ Ketiakmu sungguh masam, uda! Menjauhlah dariku! “ Nilam berseru keras seraya menutup hidungnya. Ia memberi batas jarak kepada Sutan yang baru saja pulang dari ladang.

“ Lantas, jika ketiak-ku ini berbau masam memangnya kenapa? Bukankah engkau selalu merindukanku dan hidup bahagia bersamaku?” Sutan membalas seruan Nilam dengan kalimat penaklukkan seraya melayangkan tatapan sendu dan menawan. Nilam termangu diam, lalu kemudian memeluk suaminya itu.

“ Ah, dasar wanita. Sama saja!” Sutan berseru ketus, bukan karena takluknya logika istrinya karena gombalan cintanya, melainkan ia juga merasakan aroma bawang putih yang begitu menyengat dari tubuh istrinya itu. Dan Nilam hanya tersenyum kecut, mereka sama-sama bau!

DUA : AKU MAU..

Siang itu, Sutan bergegas kembali ke rumahnya. Perutnya sudah riuh dengan aksi massa penuntut kenaikan gizi yang ada di dalam perutnya,

“ Aih, Uda sudah pulang. Sayangku, aku sudah masak yang enak. Ada ikan ‘lado hijau’, ‘sambalado patai’, dan kurabu ‘cikarau’, masakan kesukaanmu semua”, Nilam menyambut kepulangan suaminya penuh dengan kehangatan, apalagi pada penyambutan kali ini ia telah menyingkirkan aroma bawang putih yang biasa menempel pada tubuhnya setiap kali ia kembali dari dapur.

“ Ah, sayang! Kau memang idaman sekali. Tak salah aku memperjuangkan-mu hingga harus diserang demam saat berhadapan dengan ayahmu dulu,” Sutan berdecak kagum, istinya memang pandai sekali dalam memanjakan dirinya.

“ Ah, uda. Selalu dengan gombalan yang membuaikan! Lantas, sekarang uda mau aku ambilkan lauk yang mana? Atau semuanya sekaligus?” Nilam menawarkan makanan itu kepada Sutan, seraya mencolek dagu suaminya. Sutan merona bahagia. Amboi.., romantisnya

“ Aku mau kau suapi, sayang..” Ah, sudahlah. Ini memang keindahan yang tak terkira, pasangan petani muda nan bahagia

TIGA: MANIS-MASAM

Gerimis cukup membuat malam semakin manis. Nilam dan Sutan mendulang asmara di beranda rumahnya, saling tatap dan saling menggenggam. Ini sungguh gambaran romantisnya cinta pasangan petani muda saat menikmati kebersamaan dalam mengobati letih sehabis bekerja seharian.

Sayangku, rasakan betapa kasarnya telapak tanganku ini. Bekas sayatan sembilu dan kulit yang mengeras ini adalah bukti dari betapa gigihnya diriku menunaikan akadku tempo hari,” Kira-kira begitulah bahasa sendu yang disampaikan oleh genggaman tangan Sutan.

“ Uda Sutan tercinta, sibiran tulang yang tampak tulang, yang senantiasa mengukir senyum saat duka, menenangkan hati di kala resah, dan yang begitu bebal saat disuruh pakai deodoran. Bolehkah adinda menyampaikan suatu pertanyaan?” Nilam mulai membuka pembicaraan, sungguh sendu tatapannya kepada suaminya  saat memulai percapakan itu

“ Tentu sayang, apakah perkaran yang hendak kau tanyakan?” Sutan membalas tatapan sendu bidadarinya itu dengan penuh cinta.

“ Berilah aku saran, uda. Sabun apa yang cocok dan tida memerlukan waktu yang lama untuk menyirnakan aroma ‘masam’ pada ketiak?” Nilam melontarkan pertanyaan itu dengan tatapan yang sendu, meskipun mulai datar.

“ Hehehe, entahlah sayangku...” Sutan mendadak kelu, tersenyum kecut dan mulai melonggarkan genggaman. Istrinya sugguh tidak mengerti dengan suasana malam yang amat manis ini. Atau mungkin memang Sutan yang tak faham-faham, entahlah. Namun , mereka tetap romantis.



Komentar

Postingan Populer