Menepi Dan Merenung


Belajarlah untuk diam dalam renungan, menepi bersama prinsip dan pemikiran, dan kemudian kuasailah dunia dengan kearifan.
Kita memiliki ruang yang luas untuk berbicara lebih banyak mengenai dunia dan manusia. Kebebasan kita untuk berbicara saat ini sudah hampir setara dengan keleluasaan kita untuk bernafas.
Seolah tiada pembatas dan siapapun jangan coba-coba untuk merusak kebebasan itu. Kalaupun ada hukum sebagai pembatas, itu hanyalah simbolik dan senjata untuk mematikan kebebasan mereka yang dipandang merugikan eksistensi orang besar yang berpengaruh.

Namun, banyak yang tidak sadar. Larut dalam hal yang demikian akan  membuat kita semakin mundur, bodoh, dan bahkan semakin terbelakang. Kebebasan hanya membuat hati dan pikiran semakin tertutup, kemudian menyuburkan keangkuhan di dalam diri. Memilukan sekali bukan?

Kita saat ini terlalu angkuh. Apa yang terjadi saat ini hanya untuk dikomentari secara beramai-ramai. Berlomba-lomba melontarkan perkataan yang sejatinya tidak penting untuk dikeluarkan. Saling adu argumen dengan tujuan untuk unjuk diri dan mematikan kebebasan serta eksistensi orang lain. Apakah kita menyadari bahwa itu tiada manfaatnya sama sekali? apakah kita memahami jika apa yang dilakukan hanya akan menjauhkan kita dari kearifan hidup yang semestinya dibangun dan selalu diperkuat?
Kita enggan untuk menahan diri. Diam dalam perenungan dan kemudian memahami lebih dalam tentang apa yang sebenarnya terjadi. Kekacauan dunia ini semakin diperkeruh oleh kita yang salah faham tentang kebebasan. Dan pada akhirnya, kita hanya akan menjadi golongan primitif yang sudah merasa paling maju dalam sikap dan pemikiran.

Jangan biarkan hal memilukan ini semakin berlanjut. Belajarlah untuk diam dalam renungan, menepi bersama prinsip dan pemikiran, dan kemudian kuasailah dunia dengan kearifan.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer