Tentang Masa Muda Dan Rindu yang Menistakan


“Karena rindu itu sejatinya menguatkan, mendewasakan hati, serta melapangkan cara berfikir. Jika kau lemah karena rindu, maka menghilanglah segera dari keramaian. Engkau perlu merenungi betapa lemahnya dirimu saat ini!" 
Petuah ini senantiasa ku ingat. Dari seorang teman yang kebijaksanaannya yang senantiasa bersinar, meskipun dalam beberapa urusan, ia membutuhkan sinar yang terang. Terutama dalam persoalan masa depannya bersama si pujaan hatinya. Pemberi petuah ulung yang membutuhkan banyak petuah.

Namun peduli amat dengan dia, karena aku lebih menderita. Perkara yang ia sampaikan ituah yang sebenarnya membuat masa mudaku menjadi suram. Perkara rindu yang tak memiliki kejelasan karena muncul tanpa memiliki tempat peraduan. Ia suram yang menyuramkan, hadir sebagai bentuk kerancuan masa muda yang melenakan. Menjadi hal yang mesti dikutuk hingga mampus, meskipun setiap kali kutukan dilontarkan, ada penyesalan yang muncul dan meluluhlantakan semua amarah karena kerancuannya. Ini menyedihkan sekali, tuan!

Aku sangat memahami, begitu banyak hal-hal besar yang bisa kulakukan di era kecemerlangan ini. Aku bisa bersinar dengan apa yang kumiliki dan menancapkan nilai-nilai yang menawan bagi seluruh manusia, dan kemudian aku bisa berjalan di muka bumi ini dengan begitu gagahnya serta senantias disambut dengan sanjungan para penghuni bumi dan sesekali menggodaku untuk tinggal bersamanya.
Namun, begitulah kenyataan yang kurasasakan saat ini. Masa muda menjadi tumpul karena persoalan hati yang semakin rumit. Karena perkara rindu yang tak kunjung tertuntaskan. Karena pergolakan hati yang tak kunjung menemui titik padamnya. Ini sungguh mengenaskan dan menyedihkan,tuan. Aku harus terus menerus sibuk dengan persoalan remeh-temeh seperti ini di saat orang-orang di sekitarku telah sibuk dengan pergumulannya bersama prinsip dan idealismenya.

Sebab hati yang tak kunjung dewasa ini, maka masa dewasaku harus mengalami penundaan dan segala pencapaian dari apa yang kucita-citakan menjadi semakin suram kejelasannya. Sungguh ini menjadi penderitaan yang amat panjang, tuan. Kesia-siaan yang kupelihara menjadikanku semakin redup di antara manusia-manusia yang semakin lama semakin bercahaya.

Sudahlah, jika terus-menerus dikeluhkan dan disesali. Maka akan semakin banyak permasalahan yang nantinya akan semakin membebani. Sungguh sudah sampai waktunya bagiku untuk melangsaikan semua permasalahan ini dan kemudian beranjak pergi, melangkah maju menuju yang dirindu, dan menggapainya dengan langkah tegap tanpa kepiliuan hati yang meragu karena penyesalan-penyesalan itu.

Masa muda harus segera diperpanjang dan semua pencapaian yang tertunda harus segera dituntaskan.





Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer